DUKA CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, banyak tamu-tamuku berdatangan tidak sekedar mereka mengundang pengajian, namun mereka meminta solusi masalah hidupnya. Mulai dari perjaka tua sulit jodoh, bangkrutnya kehidupan, anak-anaknya yang nakal, malas hidupnya, pacar putus melulu, sampai masalah ejakulasi dini, apalagi, apalagi, apalagi.

Semua mengisyaratkan kesusahan atau kesedihan, padahal selama jasad dan jiwa itu bersama, kesedihan tidak mau tertinggal, ikut kemana-mana, ikut siapa saja. Apapun yang mengenahi diri--dalam ranah cinta--adalah goresan yang kalau didalami dan diselami, maka kesedihan tidak semengeri yang dibayangkan banyak orang, semua tergantung kecerdasan diri dalam menghadapi semua itu. Aku itu gampang menangis, tetapi nangis kegembiraan dibalik duka cita dunia ini, apalagi menangis karena kegembiraan atas kebahagaan saudara-sadara: melihat kesehatannya, usahanya jalan, anak-anaknya beradab, rukun keluarganya dan sebagainya.

Aku bilang menangis kegembiraan dibalik kesedihan itu maknanya percayalah bahwa Dia tidak akan menyakiti kita, Dia membenahi kita, Dia menyempurnakan kita--pada ujungnya. Semua peristiwa ini proses yang harus direlakan--walau menyedihkan seperti apa--untuk menuju tangga-tangga kebahagiaan hidup. Dasarnya, Tuhan tidak akan membikin semua ini dengan sia-sia: Maha Suci Dia.
Lihatlah banyak kisah--biasanya orang-orang besar--dibalik kesusahannya mereka tidak sekedar memperoleh kurnia-kurnia, tetapi dimahkotai yang membikin karunia ini, yakni Tuhan.

Sementara yang aku temui diatas adalah masalah-masalah barang ciptaan, sementara yang aku tunjukkan adalah jangan disedihkan masalah barang-barang ciptaan ini, pandanglah yang menciptakan, maka musnahlah derita. Semua yang kita alami dalam selubung dunia ini adalah semacam bungkus-bungkus dengan beraneka warna dan rupa serta jenis. Bila bungkus itu terbuka, maka kita akan bisa memandang keindahan yang tak terkira, wujudnya adalah Kehadian Tuhan dalam diri ini.

Bagi manusia puncak menanggung derita, mereka itu para Nabi dan Rasul dengan titel Ulul ‘Azmi, beliau-beliau itu kuat karena ada kemampuan membongkar selubung pernik dunia, lalu dipandangnya Dia. Ketika Dia kita rasakan kehadiranNya dalam diri, kita akan megah dalam sejarah, kita akan menjadi khalifah di bumi. Megah dengan rendah hati, menang tanpa merendahkan, kaya walau tanpa harta, menjelajah dalam kesendirian, sakti walau tanpa senjata.

Orang semacam ini jiwanya bisa terbang bagai merpati, langkahnya bebas dari keterserimpungan materi walau kenyataannya harus menghadapi derita ini, kemudian berani menanggung resiko antara suka dan tidak suka yang biasanya diciptakan oleh arus pemikiran yang kalkulatif itu, dan tidak terjebak kepada keakuan yang melanda kepada orang-orang besar itu biasanya, bentuknya ingin hebat, menjaga gengsi, harga diri, kesombongan, sok kuasa dan sebagainya....

Kawan-kawan, sekali lagi, kita bisa tertawa sendiri kalau menyadari semua pernik masalah dengan ujung
karuania ciptaan ini, maknanya apa yang sepantasnya kita bawa dalam kehadiran kepada Dia, andai kita maturnuwun atas kurnia itu yang pantas. Ternyata semua tidak pantas, kecuali kita datang dengan menyerahkan hati dan kebaikan-kebaikan yang direndahhatii. Memang kesedihan tetep hadir tetapi telah kita olah dalam samudra cinta, menjadi kegembiraan adanya, itulah duka cinta....

catatan :  

    K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962
dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara.
Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan
Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga
yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian
dan perdagangan.

   Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah
ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang
tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap
menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang
tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik
bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari
prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara
kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil
meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar
sarjana.1
Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak
yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu
pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2

  Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang
dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari
mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug
pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono
melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980.
Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan
jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2
Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono
berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990.

Budi Harjono
mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya
sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa
(OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya
untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam
pelajaran sekolah.
Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar
di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam
pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga
organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat
Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga
sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi
masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan
Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang;
organisasi sosial-pendidikan.


Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono
juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah
keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau
belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo.
Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono
mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya
sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa
(OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya
untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam
pelajaran sekolah.

Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar
di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam
pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga
organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat
Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga
sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi
masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan
Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang;
organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3
(tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah
satu Partai Islam.

Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi
Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan
aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah
menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan
meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan.
Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang
isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan)
putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui
lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel