PUJIAN CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, dalam penyampaian pesan bisa dengan berbagai cara, agar sampai kepada hati manusia, dan salah satu tradisi lisan di ranah Jawa adalah dengan puji-pujian [syair yang didendangkan], tradisi ini biasanya juga dibaca antara Adzan dan Iqomat shalat [jangan dibid'ahkan lho, ada haditse soale]. Setelah aku memperoleh tautan dari Kang Rio Jakarta, langsung aku minta tolong temen-temen facebook untuk menuliskan syairnya, dan sekarang sudah lengkap. Bahkan kemaren langsung aku sampaikan ke jamaah Simaatul Qur'an asuhan Gus Munif Girikusumo, dengan jawaban shalawat sejumlah 7.000 orang, aku sendiri bergetar dan berguncang hatiku--termasuk para jama'ah banyak yang menangis mengharu biru [selapan berikutnya akan aku fotokopikan sejumlah jama'ah itu].


Aku kira dalam rekaman itu suaranya Gus Dur, namun ada yang mengabarkan bukan, itu suara dari Gus [aku lupa] yang mirip benar suara Gus Dur. Ini aku persembahkan syair lengkapnya: Astaghfirulloh robbal baroya/astaghfirulloh minal khotoya/robbi zidni ilman nafi'a/wawaffiqni amalan sholiha. Ya Rosulalloh salamun 'alaik/ya rofi'asya niwad taroji/atfatayaji rotal'alami/ya uhailaljudiwal karomi[2x]. Ngawiti ingsun nglaras syi'iran/kelawan muji maring Pengeran/Kang Paring rahmat lan kanikmatan/rino wengine tanpo petungan[2x]. Duh, bolo konco priyo wanito/ojo mung ngaji syari'at bloko/nggur pinter ndongeng nulis lan moco/tembe mburine bakal sengsoro[2x]. Akeh kang apal Qur'an Haditse/seneng ngafirke marang liyane/kafire dewe gak digatekke/yen isih kotor ati akale[2x]. Gampang kabujuk nafsu angkoro/ing pepaes gebyare ndonyo/iri lan meri sugihe tonggo/mulo atine peteng lan nistho[2x]. Ayo sedulur jo nglaleake/wajibe ngaji sak pranatane/nggo ngandelake iman lan tauhidte/baguse sangu mulyo matine[2x]. Kang aran sholeh bagus atine/kerono mapan seri ngelmune/laku thoriqot lan ma'rifate/ugo hakeqot manjing rasane[2x]. Al-Qur'an qodim wahyu minulyo/tanpo ditulis biso diwoco/iku wejangan guru waskitho/den tancepake ing njero dhodho[2x]. Kumanthil ati lan pikiran lan pikiran/mrasuk ing badan kabeh jeroan/mu'jizar Rosul dadi pedoman/minongko dalan manjinge Iman[2x]. Kelawan Alloh Kang Moho Suci/kudu rangkulan rino lan wengi/ditirakati lan diriyadhoi/dzikir lan suluk jo nganti lali[2x]. Uripe ayem rumongso aman/dununge roso tondho yen Iman/sabar narimo najan pas-pasan/kabeh tinakdir saking Pengeran[2x]. Kang anglakoni sekabehane/Alloh kang ngangkat drajate/senajan ashor thotho dhohire/ananging mulyo maqom drajate[2x]. Lamun palastro ing pungkasane/ora kesasar ruh dan sukmane/den gadang Alloh swargo manggone/utuh mayite ugo ulese[2x].


Terjemahan bebasnya, setelah istighfar dan sholawat adalah: Aku memulai syairan yang indah ini dengan menyebut asmaNya, Dia yang memberi rahmat dan nikmat, siang dan malam tanpa bisa dihitung. Wahai saudaraku pria dan wanita, jangan mengaji hanya pada dataran syari'at saja, ujungnya hanya pandai ceramah, nulis dan membaca, nanti berakhir pada penyesalan diri. Banyak orang yang hafal Al-Qur'an dan Hadits, masih senang meng"kafir"kan saudaranya yang lain, sementara kafirnya sendiri tidak ditinjau, wujudnya adalah masih kotor hati dan akalnya ini. Semua ini sebab mudah terbujuk nafsu angkara murka, dalam hiasan gebyarnya dunia ini, wujudnya iri dan tamak kekayaan tetangga, akhirnya berakibat hatinya gelap dan hina. Makanya, mari saudaraku jangan melalaikan wajibnya menuntut ilmu dengan segala ajarannya, buat menebalkan Iman dan Tauhid, sebagus-bagusnya bekal adalah khusnul khotimah. Yang namanya sholeh itu bagus hatinya, karena tahu berbagai tingkatan ilmunya, tindakan tarekat dan makrifat, juga hakekat merasuk dalam dada rasanya. Al-Qur'an qodim itu wahyu yang mulia, walau tidak ditulis tetapi bisa dibaca, itulah wasiat dan nasehat guru yang arif, yang harus ditancapkan di dalam dada. Semua dirangkul dalam hati dan pikiran, merasuk juga dalam diri semua hikmah-hikmahnya, termasuk mukjizat Rasul jadi landasan, sebagai jalan masuknya Iman. Bersama Allah Yang Maha suci harus merangkul diri ini, siang dan malam hari, ditirakati dan diriyadloi, dzikir dan suluk jangan sampai lupa. Dengan demikian hidup akan tentram dan aman, wujudnya rasa itu tandanya Iman, sabar dan qona'ah walau hidup pas-pasan saja, karena semua ini sudah menjadi ukuran Tuhan. Barang siapa yang melakukan ini semua, Allah akan mengangkat derajatnya, walau orang itu nampak rendah lahirnya, tetapi mulya deratnya disisiNya. Kalau dia mati pada akhirnya, tidak akan tersesat Ruh dan Sukmanya, dirindukan Allah surgalah tempatnya, sampai utuh mayitnya dan kain kafannya....


Kawan-kawan, inilah pujian Cinta yang nampak sederhana tetapi bernuansa makna yang sangat indah adanya, di Jawa [umum Indonesia] ini bertaburan pujian seperti ini, mari kita buru harta karun ini, sebelum tersimpan di perpustakaan luar negri....


Aku dulu yang mulai!!!


catatan : 

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian. 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel