NAMA CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, sudah banyak sebenarnya berbagai bentuk asmaul husna [nama-mana indah] yang disyi'irkan atau dinadhomkan, tentu dengan "cengkok" dendang yang bermacam juga, tetapi kali ini akan aku suguhkan nadhom nama-nama indah itu dengan "cengkok" wirid Maiyah [Wirid Kasih Sayang]. Syi'iran ini pernah aku sodorkan kepada Cak Nun di Pengajian Maiyah Gambang Syafaat Semarang, dan Cak Nun mengomentari: sae-sae [bagus-bagus] Kiai.

Daripada di laci nanti hilang, maka aku simpan di catatan ini dengan harapan kalau ada yang kurang mohon untuk diluruskan, semoga ada gunanya. Lain waktu akan aku suguhkan videonya, inilah nadhomnya:
Ya Allah Ya Rahmanu Ya Rahiim@Ya Allah Ya Maliku Ya Qudduus/Ya Allah Ya Salaamu Ya Mu'min@Ya Allah Ya Muhaiminu Ya 'Aziiz.Ya Allah Ya Jabbaru Ya Mutakabbir@Ya Allah Ya Kholiqu Ya Bari'/Ya Allah Ya Mushawwiru Ya Ghaffaar@Ya Allah Ya Qahhararu Ya Wahhaab.Ya Allah Ya Razzaqu Ya Fattaah@Ya Allah Ya 'Aliimu Ya Qaabidl/Ya Allah YaBaasithu Ya Khaafidl@Ya Allah Ya Raafi'u Ya Mu'izz.Ya Allah Ya Mudzillu Ya Samii'@Ya Allah Ya Bashiiru Ya Hakam/Ya Allah Ya 'Adlu Ya Lathiif@Ya Allah Ya Khabiiru Ya Haliim.Ya Allah Ya 'Adziimu Ya Ghafuur@Ya Allah Ya Syakuuru Ya 'Aliyy/Ya Allah Ya Kabiiru Ya Hafiidz@Ya Allah Ya Muqiitu Ya Hasiib.Ya Allah Ya Jaliilu Ya Kariim@Ya Allah Ya Raqiibu Ya Mujiib/Ya Allah Ya Waasi'u Ya Hakiim@Ya Allah Ya Waduudu Ya Majiid.Ya Allah Ya Baa'itsu Ya Syahiid@Ya Allah Ya Haqqu Ya Wakiil/Ya Allah Ya Qawiyyu Ya Matiin@Ya Allah Ya Waliyyu Ya Hamiid.Ya Allah Ya Muhshiy Ya Mubdi'@Ya Allah Ya Mu'iidu Ya Muhyiy/Ya Allah Ya Mumiitu Ya Muhyiy@Ya Allah Ya Qayyumu Ya Waahid.Ya Allah Ya Maajidu Ya Waahid@Ya Allah Ya Ahadu Ya Shomad/Ya Allah Ya Qaadiru Ya Muqtadir@Ya Allah Ya Muqaddimu Ya Muakhkhir.Ya Allah Ya Awwalu Ya Aakhir@Ya Allah Ya Dzohiru Ya Baathin/Ya Allah Ya Waliy Ya Muta'aaly@Ya Allah Ya Barru Ya Tawwaab.Ya Allah Ya Muntaqimu Ya 'Afuww@Ya Allah Ya Rauufu Ya Maalik/Ya Allah Ya Malikal Mulki Ya Rabby@Ya Allah Ya Dzal Jalaali wal Ikraam.Ya Allah YaMuqssitu Ya Jaami'@Ya Allah Ya Ghoniyyu Ya Mughniy/Ya Allah Ya Dloorru Ya Maani'@Ya Allah Ya Naafi'u Ya Nuur.Ya Allah Ya Badii'u Ya Haadiy@Ya Allah Ya Wararitsu Ya Baaqiy/Ya Allah Ya Rasyiidu Ya Shobuur@Ya Allah Ya Allah Ya Allah.

Wirid ini menjadi bagian dari mujahadah pagi di Pesantren Al-Ishlah Semarang, yang aku sebut Rumah Cinta [dan akan aku buka Rumah Cinta di mana-mana], didendangkan para jama'ah bersama-sama [jangan dibid'ahkan lho, awas, hehe] setelah pembacaan Rathibul 'Athas dan Tahlil dan Maulidirrasul--Simthuddurornya Habib Ali Al-Habsyi.

Dalam ranah majlis ini hal-hal yang diwiridkan hanyalah manifestasi rasa syukur atau maturnuwun yang tiada tara atas kenikmatan yang tak bertepi ini, mencuri-curi waktu duduk-duduk sebentar untuk menikmati Taman-Taman Surga--yakni majlis-majlis Ilmu itu, seminggu sekali pada setiap bakda subuh sampai jam 08.00 wib, setelah itu sarapan "nampanan" bersama dengan lauk "urap" atau "kluban" daun pepaya yang pahit itu. Namun demikian juga tidak aku salahkan bagi siapa saja yang datang masih dalam ranah "transaksi" itu, misalnya: ingin apa.

Yang penting dalam mengisi waktu menunggu maut menjemput ini, hawa nafsu harus dibebani dengan berbagai ketaatan sedemikian rupa supaya: setelah kehendak buruknya kita hina-hina lalu tambah kita bebani dengan kabajikan-kebajikan apapun bentuknya, agar hawa itu terkendali dan menjadikan hidup berjalan dengan harmoni dan indah rasanya....

Kawan-kawan, kalau soal dalil bisa dicari dengan berbagai interpretasi atau tafsir itu, namun disini cukup kiranya wirid itu cukup sebagai bagian dari "menyapa" yang menggunakan instrumen lisan, agar ia tidak terbiasa dijadikan corong oleh hawa tercela, lalu kita basahi dengan kuyub akan asma-asmanya, syukur-syukur hal ini bila dibiasakan akan semakin menancap di dada, dimana Dia bermahkota itu. Hal ini bukan yang utama dari Iman, tetapi cabangnya cabang dari Iman itu, atau cabangnya cabang dari cabangnya iman itu, atau cabangnya cabang dari cabangnya cabang dari cabangnya cabang, bagi yang tidak melakukan asal tidak memperolok-olok saja, cukup indah bagiku....

Tabik dan Barokallah....


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel