SAKINAH CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, rahasianya Allah mencintai orang yang beriman karena ia itu di dalam kesehariannya melihat dengan pandangan iman, mendengar dengan pancaran keimanan dan berbuat dengan sinar keimanan, karenanya orang beriman itu hidup dalam bimbingan Allah, mengharap ridho Dia dan berharap rahmat Dia serta berserah diri dan tawakkal kepadaNya itu. Iman inilah yang disebut Rumi sebagai harta karun yang tak ternilai harganya tersembunyi di sudut hati, dan kalau ingin tahu wujudnya adalah Cinta itu sendiri.

Asumsinya adalah bahwa iman itu cabangnya banyak—70 lebih, diantaranya adalah: menyingkirkan duri dari jalan sampai kalimah tahlil Laailaaha illallah [ringan dibibir namun berat dalam mizan], dimana
tetesannya adalah berbentuk pelayanan semua, maka inilah essensi dari Cinta itu, pelayanan.

Dia itu Maha Berdiri sendiri, maka tidak membutuhkan makhluk, jika hamba mencintaiNya maka cinta itu harus dilimpahkan kepada makhlukNya, dalam bentuk pelayanan tadi. Mencintai makhluk di bumi, maka akan dicintai siapa yang di langit itu. Bagi pasangan suami istri yang mengarungi bahtera rumah tangga tentu tidak akan pernah lepas dari peran dan fungsi iman, wujudnya adalah Cinta itu, sehingga kelangsungan hidup dalam pernikahan akan semakin terasa hangat dan lestari, sehingga hal tersebut akan nampak meningkat ketaatan ajaranNya, dengan sendirinya ketenangan [sakinah] benar-benar hadir dan terwujud adanya--inilah sakinah Cinta.

Dari sinilah Kanjeng Nabi SAW menyatakan: Barang siapa berumah tangga maka baginya separuh agamanya telah tercapai. Orang yang memiliki Cinta, maka Cinta inilah yang akan menuntun hidupnya, sehingga menjadikan hidupnya lurus, karena dengan Cinta, ia akan mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah menurut ajaranNya itu. Orang yang memiliki Cinta maka hatinya akan senantiasa dibimbing Yang Maha Cinta. Cinta dalam hati seseorang akan mendorongnya berbuat kebajikan, semakin kuat Cintanya maka semakin kuat pula ketaatan dalam berbuat kesalehan itu, hal ini berlaku siapa yang tidak kuat Cintanya maka ia akan malas berbuat kesalehan atau kebajikan. Cinta akan mampu juga untuk mengerem seseorang untuk berbuat maksiat atau kesalahan, semakin orang kehilangan Cinta maka Dia tak akan melindunginya efeknya godaan akan menjerumuskannya, kepada kehinaan itu. Cinta akan sanggup mengatasi juga dalam keresahan, karena kekuatan Cinta akan melahirkan kesabaran dan kepasrahan, dengan asumsi setiap goresan hidup pasti ada hikmahnya itu.

Dengan berorientasi akan CintaNya, maka seorang suami mencari nafkah keluarga, walau penuh derita dan kepayahan namun tidak dirasa karena selalu menatapNya, seorang istri penuh setia melayani suami dengan penuh keikhlasan karena mengharap kasih sayangNya, orang tua akan mendidik anak-anaknya dengan tulus karena menyakini bahwa anak adalah amanahNya yang harus dirawat sebagai perpanjangan cintaNya, anak-anak pun akan menghormati orang tuanya dengan mengenang cinta mereka itu yang tak akan tertebus olehnya, pembantu rumahtangga pun akan ikhlas bekerja dengan sepenuhnya karena tetesan cinta dari tuan rumahnya, dan masih banyak lagi kegiatan yang berlandaskan cinta itu, dalam keluarga....

Kawan-kawan, aku mendoakan dirimu semua: semoga senantiasa dianugrahi keluarga yang sakinah ini, suasana rukun damai, selalu setia dalam saling mencinta, dianugrahi anak cucu yang saleh dan salehah, dianugrahi rizki yang halal dan barokah, sehat jasmani dan rokhani, hatimu abadi dalam mengingatNya, dianugrahi umur panjang rajin ibadah, Dia selalu menaburi hatimu cinta kepada orang yang mencintaiNya, cinta kepada barang yang barang itu mendekatkan cinta kepadaNya, yang pada ujungnya mati dalam khusnul khatimah, amin-amin ya rabbal'alamiin....


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel