ETIKA CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta,melihat keterangan di atas bisa difahami bila pada saat kuatnya dorongan-dorongan thabi'i menjadi sangat berbahaya dan kadang-kadang membinasakan akhlak serta kerohanian,dan karena itu di dalam Kitab Al-Qur'anul Karim dia dinamakan keadaan-keadaan nafs ammarah itu.

Hai,Tuan Licik!
Jangan lakukan amal saleh karena niat egois yang tersembunyi.
Cepat masuklah ke dalam api seperti ngengat.
Jangan timbun kebaikan.
Biarkan cintamu mengalir bebas.
[Jalaludin Rumi]

Jika dipertanyakan, apa pengaruh Al-Qur'an Suci terhadap keadaan-keadaan thabi'i manusia, dan bimbingan apakah yang diberikannya dalam hal itu, serta secara amal, sampai batas manakah yang diperkenankannya?

Hendaknya diketahui bahwa menurut Al-Qur'an Suci keadaan-keadaan thabi'i manusia mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan keadaan-keadaan akhlaki serta rohaninya. Bahkan, cara manusia makan minum pun mempengaruhi keadaan-keadaan akhlaki dan rohani manusia. Jika keadaan-keadaan thabi'i dipergunakan sesuai dengan bimbingan-bimbingan syari'at, maka sebagaimana benda apa pun yang jatuh ke dalam tambang garam akan berubah menjadi garam juga, seperti itu pula semua keadaan tersebut berubah menjadi nilai-nilai akhlak dan memberi pengaruh yang mendalam sekali pada kerohanian. Oleh karena itu, Al-Qur'an Suci amat memperhatikan kebersihan jasmani, tata-tertib jasmani, dan keseimbangan jasmani dalam berusaha untuk mencapai tujuan segala ibadah, kesucian batin, kekhusyukan, dan kerendahan hati.

Taman kalbu berair dan segar,
dengan bunga melati,mawar,dan pohon cemara.
Kata-kataku membawa aroma mereka.
Ikuti aroma itu ke Taman Firdaus.
[Jalaludin Rumi]

Dengan ini bisa ditarik kandungan makna bahwa tingkah laku jasmani amat besar pengaruhnya pada ruh. Sebagaimana kita saksikan perbuatan-perbuatan alami, walaupun pada lahirnya bersifat jasmani, namun tidak ayal berpengaruh pada keadaan rohani kita. Misalnya, apabila kita mulai menangis, kendatipun hanya pura-pura serta dibuat-buat, air mata menggugah suatu perasaan dalam hati dan hati pun ikut merasa sedih. Demikian pula, apabila kita mulai tertawa secara pura-pura dan dibuat-buat, di dalam hati pun akan timbul rasa gembira. Kita saksikan juga bahwa gerakan sujud secara jasmani pun menimbulkan suatu perasaan khusyuk dan kerendahan hati dalam ruh. Sebaliknya kita saksikan pula bahwa apabila kita berjalan dengan menegakkan kepala seraya membusungkan dada, hal ini segera menimbulkan semacam rasa takabur dan tinggi hati.

Sebagaimana perbuatan dan tingkah laku jasmani berpengaruh pada ruh, begitu pula adakalanya ruh pun berpengaruh pada tubuh. Orang yang mengalami kesedihan, matanya tentu tergenang air mata, sedangkan yang bergembira tentu akan tertawa. Makan, minum, tidur, bangun, bergerak, istirahat, mandi dan lain-lain merupakan perbuatan alami. Segala perbuatan itu pasti mempengaruhi keadaan rohani kita. Struktur jasmani kita sangat erat hubungannya dengan perangai kemanusiaan kita. Penderitaan jasmani juga akan memperlihatkan pemandamngan menakjubkan yang dengan itu terbukti bahwa antara ruh dan tubuh terdapat pertalian sedemikian rupa, di luar kemampuan manusia untuk menyingkap rahasianya.

Perhatian Tuhan menganugerahkan kepada manusia ajaran-ajaran perbaikan terhadap keadaan thabi'i, lalu secara perlahan-lahan menganngkatnya ke atas dan ingin mengantarkan sampai kepada derajat tertinggi keadaan rohani, memiliki beberapa alasan:
Pertama, Dia berkehendak melepaskan manusia dari cara-cara hewani dengan mengajarkan kepadanya: cara duduk, bangun, makan-minum, bercakap-cakap dan segala macam tata-cara hidup bermasyarakat. Dan dengan menganugerahkan perbedaan nyata dari kesamaan terhadap hewan, Dia mengajarkan suatu derajat dasar keadaan akhlaki yang dinamakan adab dan tata krama itu.
Kedua, Dia memberikan keseimbangan pada kebiasaan-kebiasaan alami manusia yang dengan kata lain dapat disebut akhlak razilah [akhlak rendah]. Sehingga dengan mencapai keseimbangan itu, ia dapat masuk ke dalam warna akhlak fadhilah [akhlak tinggi]. Akan tetapi, kedua langkah ini pada hakekatnya sama, sebab bertalian dengan perbaikan keadaan-keadaan thabi'i. Hanya perbedaan tinggi rendah sajalah yang menjadikannya dua macam. Dan Sang Maha Bijaksana telah mengemukakan tatanan akhlak dengan cara demikian sehingga melaluinya manusia dapat maju dari akhlak rendah mencapai akhlak tinggi.
Ketiga, Dia berkehendak manusia tenggelam dalam kecintaan dan keredhaan Sang Maha Penciptanya Yang Hakiki, serta segenap wujudnya menjadi milik Allah. Inilah suatu tingkat yang untuk mengingatkannya, maka agama orang-orang muslim telah diberi nama Islam. Sebab, yang disebut Islam ialah penyerahan diri secara sempurna kepada Tuhan dan tidak menyisihkan sesuatu bagi dirinya sendiri, sebagaimana Dia berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 32: Katakanlah kepada mereka, jika kamu cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, dan berjalanlah pada jalanku supaya Allah pun cinta kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Dia adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Kekasih adalah Esa
yang tidak berawal maupun berakhir.
Ketika engkau temukan Dia,
engkau tak akan mengidamkan yang lain.
Di lah Yang Maha Lahir dan Yang Maha Batin.
Air asin dan air tawar selamanya terpisah di dunia ini.
Tinggalkanlah keduanya.jalan teruslah sampai Sumbernya.
[Jalaludin Rumi]


catatan : 

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel