STATUS CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, berjalan-jalan di beranda bila aku rangkai status-status itu ternyata menjadi nasehat yang indah, sastra yang mempesona yang bersumber dari pemikiran cinta berbagai teman facebook baik yang aku kenal atau belum, simaklah: Assalamu'alaikum Wr.Wb, apa kabar teman, jangan cemas jangan putus asa selalu ada cahaya dan harapan, dunia tak selebar daun kelor, syukuri apa yang ada hidup adalah anugrah, begitu saja kok repot, dunia punya musim demikian juga jiwa, engkau tidak sendiri, Tuhan selalu menemani, segala goresan hidup adalah kado dariNya bila dibuka berisi sekuntum teratai yang sedang mekar bermahkotakan seribu bunga, sayapilah jiwamu dengan syukur dan sabar, suka dan duka adalah melodi hidup ini, ketika cinta memanggilmu pasrahlah walau mengaburkan pikiranmu, hidup ini bukan milikmu, merasa kehilangan itu karena merasa memiliki, ojo dumeh, kepasrahan akan membingkai kebahagiaan, dunia bagai gunung gaung enak dan tidak tergantung pekik tindakan kita, siapa menamam mengetam, berbuat baik seberat atom Dia akan menampakkannya begitu sebaliknya, berjalanlah lurus nanti kamu akan melingkar, urip iku nyokro manggilingan, udan panas panas udan aling-aling caping gunung, wani ngalah luhur wekasane, diri bagai seruling Dia lah peniupnya, mau apa, diri bagai patung Dia lah pemahatnya, sopo salah seleh, jangan pukuli dirimu karena pantai demi pantai dunia adalah penjajah, biarlah Dia yang menahkodai perahumu, dunia bagai lautan sudah banyak yang tenggelam, tampillah untuk menjadi yang terbaik, membahagiakan manusia adalah menemukan Dia di dadanya, mencintai apa yang di bumi yang di langit akan mencitaimu, kau sendiri tetapi jangan menyendiri, kebaikan itu bersumber dari paseduluran dan kebersamaan, mabuklah dalam pelayanan sampai tidak tahu siapa dirimu, sesaplah ajaran-ajaran agama bagai menyusu puting Ibu maka akan berkembang jiwamu, agomo ageming aji, agama jangan hanya nampak dalam pernik tasbih kemegahan jubah dan lembaran sajadah, Tuhan tidak bisa di tipu, semua menjadi saksi, mulailah dari dirimu, semua tidak ada yang sia-sia, jangan putus asa, mentari selalu menjemputmu di fajar hari, wahai kawan di jalan ini tiada tempat berhenti, sikap lamban berarti mati, mereka yang bergerak merekalah yang di depan, yang menunggu sejenak saja akan tergilas, wahai kamu: diriku, maukah kau hidup di zaman baru, hembuskan panas nafasmu agar harum segalanya, tajamkan matamu setajam mata elang, nuwun sewu, yang lalu biarlah berlalu, hidup adalah untuk masa depan, jangan lupakan sejarah, akal merenung hati mengenang, kecanggihan jangan hanya menjadi sarana tetapi harus mengantar pada tujuan, apa sih tujuan hidupmu, adakah cinta di hatimu, sibakkan selubung lihatlah Dia, dunia ini kurnia apa kamu tak rindu yang membikin kurnia itu, jangan menuding kesalahan orang lain, hukum Tuhan berlaku setiap waktu, gunakan waktumu sebelum engkau dihitung sebagai orang yang bangkrut, ada belantara dalam diri manusia, burulah kesalahan diri agar tak sempat memburu aib orang lain, orang lain itu bukan orang lain tetapi dirimu juga, Cahaya Dia menyemburat di dunia dengan berbagai warna, jangan kaget, ojo pangkling, bila saudaramu terluka bisa berdarah padamu, dunia sebenarnya mencukupi konsumsi manusia tetapi dunia tak mampu menampung ketamakan manusia, tanpa dirimu apa jadinya aku, tanpa aku kau bisa berlalu, dalam titian lorong-lorong waktu usia merambat semakin senja umur berangsur semakin uzur, jangan sembarangan, mau apa, apa maumu, becik ketitik olo ketoro, berfikir tubuh hasilnya kelelahan berfikir akal hasilnya selalu perhitungan berfikir kuasa hasilnya kalang menang, berfikirlah tentang Cinta jiwamu bisa terbang bagai merpati, gak usah ruwet-ruwet, tetap jalani hidup ini, siang malam adalah kendaraan keduanya maka naikilah sebagai sarana menuju akhirat, sesungguhnya dalam ciptaan langit dan bumi serta pergantian siang dan malam hari itu menjadi tanda bagi orang yang cerdik cendikia, jangan salahkan Setan, propaganda Setan lebih cerdas dibanding kecerdasan dirimu, Setan bagai api maka tergantung dirimu mau matang apa mentah, dunia bagai pohon makanya buah yang matang tentu akan berpisah dengannya bagi yang mentah tentu selalu nempel padanya, jangan merasa sok lah, kenali dirimu kau akan menemukan Dia di hatimu bukan di tempat lain, ada harta karun yang terselip di hatimu bila kau ingin tahu maka Cintalah wujudnya, sssssssssssssttttt, diam itu emas, jangan malu bertanya biar tak tersesat di jalan, hai-hai, malam begitu larut, sudah dulu ya aku ngantuk, prepat-prepet mataku, pekerjaan menumpuk, aku lelah lemah, sampai jumpa esok hari, menyongsong matahari lagi, Wassalamu'alaikum!....

Kawan-kawan, aku merasa berhutang budi dengan statusmu-statusmu itu, semuanya indah dan aku jadikan lentera di hati, kadang memotifasiku, kadang menyindirku, kadang menusukku, kadang seperti menaksirku, kadang kau tangsikan aku, kang kau usir aku, kadang kau, kadang kau, tetapi aku tetep trimakasih selalu, jazakumullah n barokallah, teriring do'a: semoga kau selalu sehat lahir batin, amin2, termasuk sehat sakunya itu... hahahahaha....


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel