SEDEKAH CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, setiap perkara yang menurut aturan itu baik, maka perkara itu bernilai sedekah, atau pemberian yang tanpa berharap akan timbal baliknya--bahasa lainnya ikhlas. Keikhlasan ini akan memberi tenaga tak bertepi bagai keikhlasan sebuah pohon, ia hanya berbuah melulu tanpa peduli lagi siapa yang akan memetiknya, ia memiliki cinta tanpa batas.

Memberi karena sebab diminta itu baik, tetapi memberi bukan karena diminta itu akan lebih baik, tentu. Ada kebahagiaan pada si pemberi dan pasti ada kebahagiaan yang menerima. Drama agung ini tentu ditepuk tangani para malaikat dengan gemuruh, disaksikan dengan senyuman para kekasih Allah dan Allah sendiri pasti tersenyum--senyum Cinta.

Cinta yang dilaksanakan ini bersumber dari Sang Pemilik Cinta, kalaulah pelaku itu memiliki apa yang disebut agama, pasti agamanya adalah agama Cinta. Ia malu mengambil dan malu kalau tidak memberi, karena dalam hatinya ada gudang kekayaan yang tak terhitung dan tak ternilai harga dan jumlahnya, dan itu terselip disetiap dada manusia yang bernama Cinta itu.

Kalau orang ingin merasakan maka tidak jalan lain kecuali masuk di dalamnya dengan resiko berani menanggung derita dalam keasyikan pelayanan kepada sesama itu. Andai itu berwujud benih maka benih itu akan disebarkannya, maka akan tumbuh lingkungan yang akan membawa suasana dalam sebuah taman, ada keragaman pohon dan keragaman buah-buahan yang menjadi persembahan semesta alam dengan segar, lezat dan halal.

Kalau andai itu bunga maka akan semerbak bau wewangian yang akan tergeraklah kupu-kupu hinggap mencercap manisan, tergeraklah lebah datang menghisap madu sebagai obat kehidupan, bunga memang layu setelah itu tetapi akan lahir buah kehidupan. Andai tergerak burung datang mematuk bebuahan maka akan tersisa terakhir dalam perutnya, lalu benih itu lewat burung terbang akan disebarkan ke segenap penjuru alam, maka taman akan semakin meluas menjadi suasana surga yang diturunkan di bumi ini.

Dengan isyarat ini makanya Kanjeng Nabi mengajarkan tentang Cinta nan agung ini bisa dipentaskan dalam kehidupan nyata, lihatlah: senyum ketemu saudara itu sedekah, memberi minum yang kehausan itu sedekah, memberi makan yang kelaparan itu sedekah, menasehati yang sedang kesusahan itu sedekah, memberikan sebiji kurma itu sedekah, memberi minum seekor anjing yang kehausan itu sedekah, menghormati tamu itu sedekah, menghargai tetangga itu sedekah, silaturahmi itu sedekah, diam tafakkur--tidak lholak-lholok--itu sedekah, omong yang baik itu sedekah, menjawab salam itu sedekah, menjenguk yang sakit itu sedekah, mendo'akan yang bersin itu sedekah, mendatangi undangan kawan dan saudara itu sedekah, memerintah yang baik dan mencegah yang tidak baik itu sedekah, bekerja keras untuk menyuapi sanak keluarganya itu sedekah, sayang kepada yang muda itu sedekah, hormat kepada yan g tua itu sedekah, menyambungkan yang putus hubungan itu sedekah, menyapa orang yang mendiamkannya itu sedekah, memberi kepada orang yang membakhilinya itu sedekah, memaafkan orang yang mendholiminya itu sedekah, mencuci pakaian keluarga itu sedekah, memasakkan sanak keluarga itu sedekah, menyiram bunga yang kekeringan itu sedekah, merelakan tanamannya dimakan hewan itu sedekah, merelakan sebagian kecil pertaniannya dimakan burung-burung atau dimakan tikus itu sedekah, mencium istri dengan sepenuh hati itu sedekah, merawat anak yatim itu sedekah, membantu fakir miskin itu sedekah, memandikan jenazah itu sedekah, mengantarkan sampai ke kubur itu sedekah, menyingkirkan duri dari jalan itu sedekah, membaca tasbih tahmid takbir dan tahlil itu sedekah, membaca kalam suci itu sedekah, sembahyang itu sedekah, membaca shalawat itu sedekah....

Kawan-kawan, teruskanlah wewangian ini dalam tindakan, pasti akan harum di kalbu kehidupan, dan inilah yang menjadi pesta pora kegembiraan yang memabukkan, tanpa kenal lelah, tanpa kenal ruang dan waktu, teruskan kawan dalam gempita kesejahteraan, jangan takut, Dia memberimu tenaga baru, saat orang lain ambuk dalam ketakberdayaan....Hap!


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel