KENDURI CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, ketika aku melihat kabar di koran di televisi tentang keburukan-keburukan, hampir saja aku percaya dunia ini sudah rusak: perampokan, pembunuhan, pencabulan, pemerkosaan, pencopetan, amuk masa, korupsi, kekerasan rumah tangga, tabrak lari, perselingkuhan, penyebaran vedio porno dan lain sebagainya.

Ternyata tidak demikian, dunia terlalu luas untuk dikotori oleh berita yang tidak menyenangkan ini, ternyata pada akhirnya siapa pun yang mengotori kehidupan ini mereka akan memanen keburukan itu sendiri, tidak secara keseluruhan. Tuhan memiliki sifat rububiyah: Dia mencipta, menyediakan sarana, membenahinya dan menyempurnakannya, abadi.

Siapapun yang mengotori samodra, maka kotoran itu akan dihantarkan gelombang ke pinggir pantai, sepertinya samodra mengatakan: siapa ini yang mengotoriku! Kepercayaanku ini juga atas pernyataan Tuhan sendiri: Dia tidak akan memberikan kerusakan pada suatu negri, selagi masih saja ada orang yang berbuat kebaikan.

Menurutku, dunia sedemikian melimpah kebaikan ini, sehingga kalau toh ada keburukan, itu sebenarnya adalah kebaikan yang tidak mendapat ruang, atau kejahatan itu sebenarnya adalah kebaikan yang belum terkuak kedoknya, jadinya keburukan itu sangat temporal, karena Tuhan adalah kebaikan mutlak yang abadi.

Dalam perjalanan hidupku, aku bagai menyelami ke dalam samudra, di mana aku temukan mutiara-mutiara yang tak terhingga banyaknya sampai-sampai pada kesimpulan: di pinggir pantai memang banyak bukur-bukur itu, tetapi kosong dari mutiara. Maknanya banyak hal-hal yang tak termediakan tetapi memiliki peradaban yang amat luhur, yang menjadi titik tumpu rahmat Allah diturunkan di bumi ini, tetapi juga banyak keburukan itu diberitakan, tetapi itu akan mengenahi diri yang berbuat itu sendiri.

Aku menemukan salah satu mutiara itu, yakni sebuah kebersamaan yang merangkum keberagaman yang sangat indah, dimana tema utamanya adalah Cinta. Semua keberadaan diberi ruang, antara yang ranah rahman dan ranah rahim, jadilah bismillahirrahmanirrahim. Sabda Kanjeng Nabi: sesuatu kalau tidak dilandasi dengan bismillah irrahmanirrahim maka akan terputus dari rahmat Tuhan. Kebersamaan ini dan keragaman ini menjadi sumber kebaikan, goodness from assosiation. Siapapun boleh hadir dalam kemesraan ini: agamanya apa, parpolnya apa, ormasnya apa, pendapatnya apa dan lain sebagainya.

Mozaik musiknya juga sangat eksotik: rebana bisa, musik bambu Plompong bisa, jazz bisa, pop bisa, gambang kromong betawi bisa dan lain sebagainya. Semua menjadi sarana untuk mengantarkan keindahan yang bisa menebar wangi pada jiwa-jiwa secara universal. Memang acara ini nampak sederhana bahkan kecil, namun menjadi oase bagi yang dahaga dalam Kesatuan--atau Tauhid itu.

Komunitas ini menjadi semacam reoni bagi jiwa-jiwa yang rindu akan keuniversalan Tuhan, bukan subyektif, bukan sektarianis dan primordial. Persoalan yang dibahas dalam mencari solusi kesalehan bisa pribadi, bisa sosial, sampai pada kenegaraan bahkan dunia dan keakheratan. Kalau boleh aku gambarkan, kenduri ini bagai kegelisahan seekor burung emprit yang mengambil tindakan nyata kala mendengar Ibrahim akan dibakar oleh api Namrud, sampai-sampai perhelatan ini bisa bertahan dari jam 20.00 sampai jam 3 dini hari, bahkan tak jarang sampai kenthong subuh.

Burung emprit dengan paruhnya yang kecil akan mematuk air samudra, dan akan menyiramkan api Namrud, supaya Ibrahim khalilullah ini selamat. Maknanya, kenduri Cinta ini digelar, diniatkan akan meredam gejolak api apa saja yang diindikasikan membakar kemuliaan kemanusiaan, agar manusia damai, negara damai, dan dunia damai.....

Kawan-kawan, Kenduri Cinta ini bagian dari upaya seorang pengembara Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, bersama-sama dengan orang-orang yang mau bersama untuk menegakkan Cinta menjaga Indonesia, di halaman TIM Cikini Jakarta, yang digelar setiap jum'at kedua dalam setiap bulannya, yang pada hari ini sedang punya gawe ulang tahunnya ke 10.....

Selamat Ulang Tahun Kenduri Cinta, aku selalu menemanimu dalam upaya cinta yang telah dilaksanakan


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel