ETIKA CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, ketika manusia menyerah kepadaNya itulah akan menetes segala bentuk kelebihan manusiawi yang telah ditanamkan di dalam batin, dan semuanya itu dinamakan akhlak. Misalnya, orang menangis melalui mata, dan seiring dengan itu di dalam hatinya terdapat rasa haru. Apabila itu digunakan pada tempatnya, melalui akal anugerah Tuhan, maka ia merupakan suatu akhlak. Begitu pula manusia melawan musuh dengan tangan, dan sejalan dengan gerakan itu di dalam hati timbul suatu kekuatan yang disebut keberanian. Jadi apabila manusia menggunakan kekuatan tersebut sesuai dengan tempat dan keadaan, itupun dinamakan akhlak. Demikian pula kadang-kadang manusia dengan tangannya ingin menyelamatkan orang-orang teraniaya dari orang dzalim. Atau, ia ingin memberikan sesuatu kepada orang miskin dan orang-orang lapar, atau dengan cara lain ingin mengkhidmati umat manusia.

Dan sejalan dengan gerakan itu di dalam hatinya timbul suatu kekuatan yang disebut kasih sayang. Dan kadang-kadang manusia memberi hukuman dengan tangannya kepada orang dzalim, dan bersesuaian dengan itu di dalam hatinya terdapat sesuatu kekuatan yang disebut pembalasan. Kadang-kadang manusia tidak ingin membalas serangan dengan serangan, dan membiarkan saja perbuatan dzalim itu, seiring dengan gerakan tersebut di dalam hatinya terdapat sesuatu kekuatan yang di sebut maaf dan sabar. Dan kadang-kadang manusia ingin membantu sesamanya dengan menggunakan tangan atau kakinya, perasaan dan pikirannya, serta membelanjakan harta bendanya untuk kesejahteraan mereka, maka sejalan dengan gerakan itu terdapat di dalam hatinya suatu kekuatan yang disebut kedermawanana.

Pendeknya, apabila manusia menggunakan semua kekuatan sesuai dengan tempat dan keadaan, maka pada waktu itu kekuatan-kekuatan tersebut dinamakan akhlak atau etika--etika Cinta.

Makanya kalau Dia menyatakan di dalam Al-Qur'anul Karim pada Surah Al Qalam ayat 5: Sesungguhnya engkau [Muhammad] orang yang mempunyai akhlak yang agung, menunjukkan bahwa segala macam akhlak: kedermawanan, keberanian, keadilan, kasih sayang, baik hati, lurus hati, tabah hati, dan sebagainya terhimpun dalam diri engkau Wahai Rasulullah SAW.

Ringkasnya, sekian banyak kekuatan yang terdapat di dalam hati manusia, seperti: sopan, malu, jujur, sayang, harga diri, teguh, pembatasan diri/suci, bersih hati, keseimbangan, setia kawan, baik hati, lurus hati, setia dan sebagainya, apabila semua keadaan thabi'i ini ditampilkan sesuai dengan tempat dan kesempatan, serta mengikuti pertimbangan akal dan pikiran, maka semua akan dinamakan akhlak. Semua akhlak ini pada hakekatnya merupakan keadaan-keadaan thabi'i serta gejolak-gejolak alami manusia, dan mereka baru dapat disebut akhlak apabila digunakan dengan sengaja, sesuai tempat dan keadaan. Dikarenakan pada potensi-potensi alami manusia terdapat suatu potensi sebagai makhluk hidup yang maju, maka dengan menganut agama yang benar, dengan berkumpul bersama orang-orang baik, dan dengan ajaran yang suci, maka gejolak-gejolak alami semacam itu dapat diubahnya menjadi akhlak, dan hal ini tidak dimiliki oleh makhluk bernyawa lainnya.

Inilah upaya untuk tidak sekedar cinta agama, tetapi menampilkan citra agama cinta, dimana tindakan dan ucapan para meluknya menetes pada jiwa-jiwa dengan manis nan menyenangkan, dan alam pun tersenyum menawan....
Jenguklah orang yang sakit,
dan engkau akan sembuh sendiri.
Orang sakit itu mungkin saja seorang guru Sufi,
dan kebaikanmu akan terbayar dalam kebijaksanaan.
Sekalipun orang yang sakit itu adalah musuhmu,
engkau tetap beroleh manfaat,
sebab kebaikanmu mempunyai kekuatan untuk mengubah musuh,
menjadi teman sejati.
Dan bila rasa permusuhan tidak berubah,
rasa dendam tentu akan berkurang,
karena kebaikan adalah balsem termanjur.
[Jalaludin Rumi]


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel