Kabupaten Ponorogo
Jumat, 23 Desember 2011
Kabupaten Ponorogo (bahasa Jawa: Kabupatèn Panaraga) adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini terletak pada koordinat 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8° 20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km²[4]. Kabupaten ini terletak di sebelah barat dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah atau lebih tepatnya 200 km arah barat daya dari ibu kota provinsi Jawa Timur, Surabaya.
Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal sampai seluruh dunia adalah Pondok Modern Darussalam Gontor.
Etimologi
Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di manapun dan kapanpun berada.
Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.
Sejarah
Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker. Pada saat itu Wengker dipimpin oleh Suryo Ngalam yang dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Raden Katong lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di dusun Plampitan Kelurahan Setono Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman.
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemedi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala memet ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Ahad Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo.
Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.
Pemerintahan
Daftar Bupati Ponorogo
Berikut nama-nama bupati Ponorogo sejak 1944:
Bupati Ponorogo
1. R. Soesanto Tirtoprodjo 1944 1945
2. R. Tjokrodiprodjo 1945 1949
3. R. Prajitno 1949 1951
4. R. Moehamad Mangoendipradja 1951 1955
5. R. Mahmoed 1955 1958
6. R.M. Harjogi 1958 1960
7. R. Dasoeki Prawirowasito 1960 1967
8. R. Soejoso 1967 1968
9. R. Soedono Soekirdjo 1968 1974
10. H. Soemadi 1974 1984
11 .Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo 1984 1989
12. Drs. R. Gatot Soemani 1989 1994
13. DR. H.M. Markum Singodimedjo 1994 2004
14. H. Muryanto, SH, MM 2004 2005
15. H. Muhadi Suyono, SH, MSi 2005 2010
16. H. Amin, SH 2010 2015
Perwakilan
DPRD Kabupaten Ponorogo
Anggota DPRD Kabupaten Ponorogo periode 2009-2014 sebanyak 49 orang yang berasal dari 11 partai yaitu, PDI-P, Partai Golkar, PKB, PAN, Partai Demokrat, PPP, Partai Hanura, PKNU, PKS, PKPI, PNI-M. Ketua DPRD Kabupaten Ponorogo periode 2009-2014 adalah Agus Widodo dari PDI-P.
Pembagian administratif
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Ponorogo. Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 279 desa dan 26 kelurahan.
Kecamatan-kecamatan di Ponorogo
Kecamatan Ponorogo
Kecamatan Siman
Kecamatan Mlarak
Kecamatan Jetis
Kecamatan Balong
Kecamatan Kauman
Kecamatan Sukorejo
Kecamatan Babadan
Kecamatan Jenangan
Kecamatan Ngebel
Kecamatan Pulung
Kecamatan Pudak
Kecamatan Sooko
Kecamatan Sawoo
Kecamatan Sambit
Kecamatan Bungkal
Kecamatan Ngrayun
Kecamatan Slahung
Kecamatan Jambon
Kecamatan Badegan
Kecamatan Sampung
Geografi
Topografi
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub-area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko,Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua iklim yaitu penghujan dan kemarau.
Iklim
Kabupaten Ponorogo memiliki iklim tropis yang mengalami dua musim, kemarau dan penghujan. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata tertinggi 32.2 °C dan suhu rata-rata terendah 23.9 °C
Data iklim untuk Ponorogo
Kabupaten Ponorogo terletak di antara 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8° 20’ LS dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Nganjuk
Selatan Kabupaten Pacitan
Barat Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)
Timur Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek
Jarak ibu kota Ponorogo dengan ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 km arah timur laut dan ke ibu kota negara (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah barat
Ekonomi
Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di Kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di Kecamatan Jetis, Pasar Pon di Kecamatan Jenangan dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa.
Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan.
Demografi
Penduduk
Sejarah kependudukan
Tahun Jumlah penduduk
1980 783.356
1990 837.055
2000 841.497
2007 852.534
2008 853.567
2009 854.505
2010 855.281
Menurut publikasi BPS jumlah penduduk di 21 kecamatan di Kabupaten Ponorogo pada Sensus penduduk tahun 2010 adalah 855.281 yang terdiri atas 427,592 pria dan 427,689 wanita[2] dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99,97 yang berarti jumlah penduduk laki-laki hampir sama besarnya dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Mlarak yaitu sebesar 128 (setiap 100 perempuan terdapat 128 laki-laki) dan rasio terendah terdapat di Kecamatan Jetis yaitu sebesar 95 (setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki). Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Ponorogo yaitu sebanyak 3.333 jiwa/km2 dan yang palig rendah adalah Kecamatan Pudak yaitu sebanyak 182 jiwa/km2.[
Agama
Agama yang dianut oleh penduduk kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Bappeda Jawa Timur pada tahun 2008, komposisi penganut agama di kabupaten ini adalah sebagai berikut:
Islam 99,24%
Kristen Protestan 0.38%
Katolik 0.29%
Buddha 0.06%
Hindu 0.03%
Jumlah keseluruhan tempat peribadatan di Ponorogo pada tahun 2010 adalah sejumlah 4233 buah. Masjid berjumlah 1448 buah, Mushola berjumlah 2754 buah, Gereja Protestan berjumlah 21 buah, Gereja Katolik berjumlah 8 buah, dan Wihara berjumlah 2 buah.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Kabipaten Ponorogo adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Jawa Madiun sebagai bahasa sehari-hari.
Seni budaya
Kesenian
Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog. Seni Reog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.
Selain Reog terdapat juga kesenian lain, yaitu Gajah-gajahan. Jenis kesenian ini mirip dengan hadroh atau samproh klasik, terutama alat-alat musiknya. Perbedaannya adalah terdapatnya sebuah patung gajah.
Budaya dan adat-istiadat
Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Ponorogo dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Jawa Tengah. Beberapa budaya masyarakat Ponorogo adalah Larung Risalah Do'a, Grebeg Suro, dan Kirab pusaka. Masyarakat Ponorogo memiliki adat-istiadat yang sangat khas yaitu, becekan (suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan) dan sejarah (silaturahim ke tetangga dan sanak saudara pada saat hari raya Idul Fitri yang biasanya dilakukan dengan mendatangi rumah orang yang berumur lebih tua).
Pariwisata
Terdapat beberapa obyek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya obyek wisata budaya, obyek wisata industri, obyek wisata alam dan obyek wisata religius.
Obyek wisata budaya
Larung Risalah Do'a
Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu,saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari makam Batoro Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai kota lama, ke Pendopo Kabupaten. Pada Malam harinya, di alun-alun kota, Festival Reog Nasional memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Do'a di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama do'a ke tengah-tengah telaga.[13] Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Obyek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit dan Reog Bulan Purnama.[14]
[sunting] Obyek wisata industri
Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya sentra industri seng di Desa Paju Kecamatan Ponorogo, sentra industri jenang di Desa Josari Kecamatan Jetis dan sentra industri kulit di Desa Nambangrejo Kecamatan Sukorejo.
[sunting] Obyek wisata alam
Obyek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo, yaitu
Telaga Ngebel
Telaga Ngebel yang terletak di lereng Gunung Wilis
Taman Wisata Ngembag yang terletak di Kecamatan Siman
Mata Air Terjun Sari yang terletak di Kecamatan Jenangan
Sumber air panas yang terletak di Kecamatan Ngebel
Sumber Air Asam yang terletak di Kecamatan Ngebel
Air Terjun Pletuk yang terletak di Kecamatan Sooko
Gunung Bayang Kaki yang terletak di Kecamatan Sawoo
Air Terjun Klenteng yang terletak di Kecamatan Sawoo
Air Terjun Kokok yang terletak di Kecamatan Sawoo
Air Terjun Grojogan Coban yang terletak di Kecamatan Sawoo
Goa Ngor yang terletak di Kecamatan Sawoo
Mata Air Mbeji yang terletak di Kecamatan Sambit
Sendang Bulus yang terletak di Kecamatan Bungkal
Goa Pertapan yang terletak di Kecamatan Bungkal
Gunung Loreng yang terletak di Kecamatan Slahung
Gunung Pringgitan yang terletak di Kecamatan Slahung
Taman Sooko Sewu yang terletak di Kecamatan Sukorejo
Hutan Wisata Kucur yang terletak di Kecamatan Badegan
Goa Lowo yang terletak di Kecamatan Sampung
Air Terjun Widodaren yang terletak di Kecamatan Jambon
Obyek wisata religius
Masjid Tegalsari
Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis obyek wisata religius, yaitu obyek wisata ziarah dan obyek wisata agama. Obyek wisata ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di desa Desa Setono Kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di desa Desa Tanjungsari Kecamatan Jenangan. Dan obyek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di Desa Klepu Kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun abad XVII oleh Kyai Ageng Hasan Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis.
[sunting] Pendidikan
Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa pondok pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, diantaranya Nurcholis Madjid, Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin dan Hidayat Nurwahid. Pesantren yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk tahun 2008 berjumlah 58 pesantren.
Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta. Berikut ini adalah data pendidikan formal di kabupaten Ponorogo dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) untuk wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2011/2012:
Pendidikan formal TK atau RA SD atau MI SMP atau MTs SMA atau MA SMK Perguruan tinggi Lain-lain
Negeri 13 625 63 20 7 0 1
Swasta 617 88 108 57 25 4 7
Total 630 713 171 77 32 4 8
Data pendidikan di kabupaten Ponorogo
Sumber:Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional
Pondok pesantren
Daftar pesantren di Kabupaten Ponorogo
Pondok Modern Darussalam Gontor
Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Pondok Pesantren Al-Islam Joresan
Pondok Modern Arrisalah Slahung
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto
Pondok Pesantren Darun Najah
Pondok Pesantren KH Syamsuddin Durisawo, Nologaten
Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper
Perguruan tinggi
Daftar perguruan tinggi di Ponorogo
Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO)
Universitas Merdeka Ponorogo (UMP)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
Institut Sunan Giri (INSURI)
Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM)
Akademi Keperawatan (AKPER) Pemkab Ponorogo
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo
Sekolah dasar dan menengah
Daftar sekolah di Ponorogo
SD Muhammadiyah Ponorogo (RSBI)
SDN Mangkujayan 1 Ponorogo (RSBI)
SDN Brotonegaran 1 Ponorogo (SSN)
SD Muhammadiyah Ponorogo (RSBI)
SDN Mangkujayan 1 Ponorogo (RSBI)
SDN Brotonegaran 1 Ponorogo (SSN)
SMPN 1 Ponorogo (RSBI)
SMPN 1 Jetis Ponorogo (RSBI)
MTSN Ponorogo (RSBI/RMBI)
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (RSBI)
SMAN 1 Ponorogo (RSBI)
SMKN 1 Ponorogo (RSBI)
SMKN 1 Jenangan Ponorogo (SBI)
Transportasi
Ibukota kabupaten Ponorogo terletak 27 km sebelah selatan Kota Madiun, dan berada di jalur Madiun - Pacitan. Tranportasi yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Ada sebagian kecil menggunakan sepeda angin (sepeda onthel). Dahulu ada jalur kereta api Madiun - Ponorogo - Slahung tetapi sudah tidak berfungsi sejak tahun 1988. Masih ada kereta yang ditarik kuda (dokar) yang digunakan sebagai alat transportasi utama. Dokar biasa digunakan di daerah pedesaan, terutama untuk mengangkut pedagang yang hendak menuju pasar-pasar tradisional. Selain itu ada juga dokar yang khusus difungsikan sebagai kereta wisata, yang biasa digunakan untuk mengelilingi kota Ponorogo. Untuk menuju Kabupaten Ponorogo bisa menggunakan alat transportasi bus, sepeda roda dua maupun empat. Juga ada angkutan sejenis angkot yaitu angkodes (angkutan pedesaan) yang merupakan salah satu transportasi umum yang ada di Kabupaten Ponorogo. Terminal utama Kabupaten Ponorogo adalah Terminal Seloaji yang terletak di sebelah utara Kabupaten Ponorogo yaitu di kecamatan Babadan.
Pertanian
Kabupaten Ponorogo merupakan kabupaten yang berada di dataran rendah dan sebagian dataran tinggi. Beberapa produk pertanian yang dapat ditanam di daerah ini di antaranya; Padi, Tembakau,Ubi kayu, Jagung, Kacang kedelai, Kacang tanah dan Tebu.
Makanan khas
Sate Ponorogo
Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Ukuran sate Ponorogo relatif lebih besar dengan irisan memanjang. Karena ukuran yang memanjang ini, satu tusuk sate Ponorogo biasanya hanya berisi satu atau dua potong daging. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.
Selain sate, juga terdapat pecel Ponorogo. Perbedaan pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, tauge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.
Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu dawet Jabung. Dawet jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari desa Jabung salah satu desa di kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.
Jajanan khas Ponorogo adalah jenang Mirah. Dinamakan jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari desa Josari. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo.[20][21] Selain jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata.
Kabupaten Ponorogo
Nama lain: Kota Reog
Motto: REOG (Resik Endah Omber Girang Gemirang)
Peta Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo terletak di Jawa
Kabupaten Ponorogo
Letak Kabupaten Ponorogo di Pulau Jawa
Kabupaten Ponorogo terletak di Indonesia
Kabupaten Ponorogo
Letak Kabupaten Ponorogo di Indonesia
Koordinat: 7°52′10″S 111°27′46″E
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Hari jadi 11 Agustus 1496
Pemerintahan
- Bupati H. Amin, SH
- Wakil Bupati Yuni Widyaningsih, SH
- DAU Rp. 634.712.282.000,- (2011)[1]
Luas
- Total 1.371,78 km2
Ketinggian 92 - 2.563 m
Populasi (2010[2])
- Total 855.281
- Kepadatan 623,5/km²
Kecamatan 21
Kelurahan 26
Desa 279
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode pos 63400
Kode area telepon (+62) 0352
SNI 7657:2010 PNG[3]
Plat registrasi kendaraan AE
Situs web ponorogo.go.id
Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog yang sudah terkenal di seluruh belahan dunia. Ponorogo juga dikenal sebagai Kota Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal sampai seluruh dunia adalah Pondok Modern Darussalam Gontor.
Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathoro Katong, Kyai Mirah, Selo Aji dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Ponorogo.
Sejarah
Tahun 1482 – 1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil.
Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama.
Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian di tetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemedi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala memet ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Ahad Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo.
Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo dibawah pimpinan Raden Katong , tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang.
Pemerintahan
Daftar Bupati Ponorogo
Berikut nama-nama bupati Ponorogo sejak 1944:
Bupati Ponorogo
1. R. Soesanto Tirtoprodjo 1944 1945
2. R. Tjokrodiprodjo 1945 1949
3. R. Prajitno 1949 1951
4. R. Moehamad Mangoendipradja 1951 1955
5. R. Mahmoed 1955 1958
6. R.M. Harjogi 1958 1960
7. R. Dasoeki Prawirowasito 1960 1967
8. R. Soejoso 1967 1968
9. R. Soedono Soekirdjo 1968 1974
10. H. Soemadi 1974 1984
11 .Drs. Soebarkah Poetro Hadiwirjo 1984 1989
12. Drs. R. Gatot Soemani 1989 1994
13. DR. H.M. Markum Singodimedjo 1994 2004
14. H. Muryanto, SH, MM 2004 2005
15. H. Muhadi Suyono, SH, MSi 2005 2010
16. H. Amin, SH 2010 2015
Perwakilan
DPRD Kabupaten Ponorogo
Anggota DPRD Kabupaten Ponorogo periode 2009-2014 sebanyak 49 orang yang berasal dari 11 partai yaitu, PDI-P, Partai Golkar, PKB, PAN, Partai Demokrat, PPP, Partai Hanura, PKNU, PKS, PKPI, PNI-M. Ketua DPRD Kabupaten Ponorogo periode 2009-2014 adalah Agus Widodo dari PDI-P.
Pembagian administratif
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Kota Ponorogo. Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 279 desa dan 26 kelurahan.
Kecamatan-kecamatan di Ponorogo
Kecamatan Ponorogo
Kecamatan Siman
Kecamatan Mlarak
Kecamatan Jetis
Kecamatan Balong
Kecamatan Kauman
Kecamatan Sukorejo
Kecamatan Babadan
Kecamatan Jenangan
Kecamatan Ngebel
Kecamatan Pulung
Kecamatan Pudak
Kecamatan Sooko
Kecamatan Sawoo
Kecamatan Sambit
Kecamatan Bungkal
Kecamatan Ngrayun
Kecamatan Slahung
Kecamatan Jambon
Kecamatan Badegan
Kecamatan Sampung
Geografi
Topografi
Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub-area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi kecamatan Ngrayun, Sooko,Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah sedang sisanya digunakan untuk tegal pekarangan Kabupaten Ponorogo mempunyai dua iklim yaitu penghujan dan kemarau.
Iklim
Kabupaten Ponorogo memiliki iklim tropis yang mengalami dua musim, kemarau dan penghujan. Curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli, Agustus, dan September. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata tertinggi 32.2 °C dan suhu rata-rata terendah 23.9 °C
Data iklim untuk Ponorogo
Kabupaten Ponorogo terletak di antara 111° 17’ - 111° 52’ BT dan 7° 49’ - 8° 20’ LS dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Nganjuk
Selatan Kabupaten Pacitan
Barat Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)
Timur Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek
Jarak ibu kota Ponorogo dengan ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 km arah timur laut dan ke ibu kota negara (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah barat
Ekonomi
Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di Kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di Kecamatan Jetis, Pasar Pon di Kecamatan Jenangan dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa.
Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditi pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan.
Demografi
Penduduk
Sejarah kependudukan
Tahun Jumlah penduduk
1980 783.356
1990 837.055
2000 841.497
2007 852.534
2008 853.567
2009 854.505
2010 855.281
Menurut publikasi BPS jumlah penduduk di 21 kecamatan di Kabupaten Ponorogo pada Sensus penduduk tahun 2010 adalah 855.281 yang terdiri atas 427,592 pria dan 427,689 wanita[2] dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99,97 yang berarti jumlah penduduk laki-laki hampir sama besarnya dengan jumlah penduduk perempuan. Rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Mlarak yaitu sebesar 128 (setiap 100 perempuan terdapat 128 laki-laki) dan rasio terendah terdapat di Kecamatan Jetis yaitu sebesar 95 (setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki). Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Ponorogo yaitu sebanyak 3.333 jiwa/km2 dan yang palig rendah adalah Kecamatan Pudak yaitu sebanyak 182 jiwa/km2.[
Agama
Agama yang dianut oleh penduduk kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Bappeda Jawa Timur pada tahun 2008, komposisi penganut agama di kabupaten ini adalah sebagai berikut:
Islam 99,24%
Kristen Protestan 0.38%
Katolik 0.29%
Buddha 0.06%
Hindu 0.03%
Jumlah keseluruhan tempat peribadatan di Ponorogo pada tahun 2010 adalah sejumlah 4233 buah. Masjid berjumlah 1448 buah, Mushola berjumlah 2754 buah, Gereja Protestan berjumlah 21 buah, Gereja Katolik berjumlah 8 buah, dan Wihara berjumlah 2 buah.
Bahasa
Bahasa yang digunakan di Kabipaten Ponorogo adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Jawa Madiun sebagai bahasa sehari-hari.
Seni budaya
Kesenian
Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog. Seni Reog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan.
Selain Reog terdapat juga kesenian lain, yaitu Gajah-gajahan. Jenis kesenian ini mirip dengan hadroh atau samproh klasik, terutama alat-alat musiknya. Perbedaannya adalah terdapatnya sebuah patung gajah.
Budaya dan adat-istiadat
Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Ponorogo dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Jawa Tengah. Beberapa budaya masyarakat Ponorogo adalah Larung Risalah Do'a, Grebeg Suro, dan Kirab pusaka. Masyarakat Ponorogo memiliki adat-istiadat yang sangat khas yaitu, becekan (suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan) dan sejarah (silaturahim ke tetangga dan sanak saudara pada saat hari raya Idul Fitri yang biasanya dilakukan dengan mendatangi rumah orang yang berumur lebih tua).
Pariwisata
Terdapat beberapa obyek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya obyek wisata budaya, obyek wisata industri, obyek wisata alam dan obyek wisata religius.
Obyek wisata budaya
Larung Risalah Do'a
Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu,saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari makam Batoro Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai kota lama, ke Pendopo Kabupaten. Pada Malam harinya, di alun-alun kota, Festival Reog Nasional memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Do'a di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama do'a ke tengah-tengah telaga.[13] Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Obyek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit dan Reog Bulan Purnama.[14]
[sunting] Obyek wisata industri
Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya sentra industri seng di Desa Paju Kecamatan Ponorogo, sentra industri jenang di Desa Josari Kecamatan Jetis dan sentra industri kulit di Desa Nambangrejo Kecamatan Sukorejo.
[sunting] Obyek wisata alam
Obyek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo, yaitu
Telaga Ngebel
Telaga Ngebel yang terletak di lereng Gunung Wilis
Taman Wisata Ngembag yang terletak di Kecamatan Siman
Mata Air Terjun Sari yang terletak di Kecamatan Jenangan
Sumber air panas yang terletak di Kecamatan Ngebel
Sumber Air Asam yang terletak di Kecamatan Ngebel
Air Terjun Pletuk yang terletak di Kecamatan Sooko
Gunung Bayang Kaki yang terletak di Kecamatan Sawoo
Air Terjun Klenteng yang terletak di Kecamatan Sawoo
Air Terjun Kokok yang terletak di Kecamatan Sawoo
Air Terjun Grojogan Coban yang terletak di Kecamatan Sawoo
Goa Ngor yang terletak di Kecamatan Sawoo
Mata Air Mbeji yang terletak di Kecamatan Sambit
Sendang Bulus yang terletak di Kecamatan Bungkal
Goa Pertapan yang terletak di Kecamatan Bungkal
Gunung Loreng yang terletak di Kecamatan Slahung
Gunung Pringgitan yang terletak di Kecamatan Slahung
Taman Sooko Sewu yang terletak di Kecamatan Sukorejo
Hutan Wisata Kucur yang terletak di Kecamatan Badegan
Goa Lowo yang terletak di Kecamatan Sampung
Air Terjun Widodaren yang terletak di Kecamatan Jambon
Obyek wisata religius
Masjid Tegalsari
Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis obyek wisata religius, yaitu obyek wisata ziarah dan obyek wisata agama. Obyek wisata ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di desa Desa Setono Kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di desa Desa Tanjungsari Kecamatan Jenangan. Dan obyek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di Desa Klepu Kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun abad XVII oleh Kyai Ageng Hasan Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di Desa Tegalsari Kecamatan Jetis.
[sunting] Pendidikan
Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa pondok pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, diantaranya Nurcholis Madjid, Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin dan Hidayat Nurwahid. Pesantren yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk tahun 2008 berjumlah 58 pesantren.
Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta. Berikut ini adalah data pendidikan formal di kabupaten Ponorogo dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) untuk wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2011/2012:
Pendidikan formal TK atau RA SD atau MI SMP atau MTs SMA atau MA SMK Perguruan tinggi Lain-lain
Negeri 13 625 63 20 7 0 1
Swasta 617 88 108 57 25 4 7
Total 630 713 171 77 32 4 8
Data pendidikan di kabupaten Ponorogo
Sumber:Data Pokok Pendidikan Kementerian Pendidikan Nasional
Pondok pesantren
Daftar pesantren di Kabupaten Ponorogo
Pondok Modern Darussalam Gontor
Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar
Pondok Pesantren Al-Islam Joresan
Pondok Modern Arrisalah Slahung
Pondok Pesantren Darul Huda Mayak
Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto
Pondok Pesantren Darun Najah
Pondok Pesantren KH Syamsuddin Durisawo, Nologaten
Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper
Perguruan tinggi
Daftar perguruan tinggi di Ponorogo
Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO)
Universitas Merdeka Ponorogo (UMP)
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo
Institut Sunan Giri (INSURI)
Institut Studi Islam Darussalam (ISID)
Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM)
Akademi Keperawatan (AKPER) Pemkab Ponorogo
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo
Sekolah dasar dan menengah
Daftar sekolah di Ponorogo
SD Muhammadiyah Ponorogo (RSBI)
SDN Mangkujayan 1 Ponorogo (RSBI)
SDN Brotonegaran 1 Ponorogo (SSN)
SD Muhammadiyah Ponorogo (RSBI)
SDN Mangkujayan 1 Ponorogo (RSBI)
SDN Brotonegaran 1 Ponorogo (SSN)
SMPN 1 Ponorogo (RSBI)
SMPN 1 Jetis Ponorogo (RSBI)
MTSN Ponorogo (RSBI/RMBI)
SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (RSBI)
SMAN 1 Ponorogo (RSBI)
SMKN 1 Ponorogo (RSBI)
SMKN 1 Jenangan Ponorogo (SBI)
Transportasi
Ibukota kabupaten Ponorogo terletak 27 km sebelah selatan Kota Madiun, dan berada di jalur Madiun - Pacitan. Tranportasi yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Ada sebagian kecil menggunakan sepeda angin (sepeda onthel). Dahulu ada jalur kereta api Madiun - Ponorogo - Slahung tetapi sudah tidak berfungsi sejak tahun 1988. Masih ada kereta yang ditarik kuda (dokar) yang digunakan sebagai alat transportasi utama. Dokar biasa digunakan di daerah pedesaan, terutama untuk mengangkut pedagang yang hendak menuju pasar-pasar tradisional. Selain itu ada juga dokar yang khusus difungsikan sebagai kereta wisata, yang biasa digunakan untuk mengelilingi kota Ponorogo. Untuk menuju Kabupaten Ponorogo bisa menggunakan alat transportasi bus, sepeda roda dua maupun empat. Juga ada angkutan sejenis angkot yaitu angkodes (angkutan pedesaan) yang merupakan salah satu transportasi umum yang ada di Kabupaten Ponorogo. Terminal utama Kabupaten Ponorogo adalah Terminal Seloaji yang terletak di sebelah utara Kabupaten Ponorogo yaitu di kecamatan Babadan.
Pertanian
Kabupaten Ponorogo merupakan kabupaten yang berada di dataran rendah dan sebagian dataran tinggi. Beberapa produk pertanian yang dapat ditanam di daerah ini di antaranya; Padi, Tembakau,Ubi kayu, Jagung, Kacang kedelai, Kacang tanah dan Tebu.
Makanan khas
Sate Ponorogo
Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Ukuran sate Ponorogo relatif lebih besar dengan irisan memanjang. Karena ukuran yang memanjang ini, satu tusuk sate Ponorogo biasanya hanya berisi satu atau dua potong daging. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging.
Selain sate, juga terdapat pecel Ponorogo. Perbedaan pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, tauge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek.
Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu dawet Jabung. Dawet jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tape ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkok kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari desa Jabung salah satu desa di kecamatan Mlarak kabupaten Ponorogo.
Jajanan khas Ponorogo adalah jenang Mirah. Dinamakan jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari desa Josari. Merupakan makanan khas ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo.[20][21] Selain jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata.
Kabupaten Ponorogo
Nama lain: Kota Reog
Motto: REOG (Resik Endah Omber Girang Gemirang)
Peta Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Ponorogo terletak di Jawa
Kabupaten Ponorogo
Letak Kabupaten Ponorogo di Pulau Jawa
Kabupaten Ponorogo terletak di Indonesia
Kabupaten Ponorogo
Letak Kabupaten Ponorogo di Indonesia
Koordinat: 7°52′10″S 111°27′46″E
Negara Indonesia
Provinsi Jawa Timur
Hari jadi 11 Agustus 1496
Pemerintahan
- Bupati H. Amin, SH
- Wakil Bupati Yuni Widyaningsih, SH
- DAU Rp. 634.712.282.000,- (2011)[1]
Luas
- Total 1.371,78 km2
Ketinggian 92 - 2.563 m
Populasi (2010[2])
- Total 855.281
- Kepadatan 623,5/km²
Kecamatan 21
Kelurahan 26
Desa 279
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode pos 63400
Kode area telepon (+62) 0352
SNI 7657:2010 PNG[3]
Plat registrasi kendaraan AE
Situs web ponorogo.go.id