KABAR CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, setiap Ibuku mengandung, diantara enam bersudara, termasuk mengandungku selalu mengabarkan baik lesan maupun hatinya, disamping kuyup oleh doa-doa. Sambil mengelus perut, beliau bicara sendiri, bagai omong-omong denganku--katanya. Bagai seorang guru Taman Kanak-Kanak itu. Anakku sayang--katanya manja, sabarlah dalam rahimku ini sampai engkau lahir, setelah matang dalam pelukan misteri, percayalah anakku aku telah menyaksikannya sendiri, di luar dunia gelapmu ada alam raya yang tertata, semua menakjubkan penuh pesona, tunggulah sampai engkau lahir, engkau akan melihat dunia yang luas, tersedia makanan minuman yang enak dan lezat, ada pegunungan daratan dan samodra, kebun buah-buahan dan semerbak, ladang-ladang yang penuh hasil bumi, langit yang berkilaun cahayanya dengan matahari bulan dan bintang-bintang tak bertepi tak terbilang, ada angin berembus dari arah utara selatan barat dan timur, ada tanaman dipenuhi bunga-bunga harum laksana jamuan pesta perkawinan, keajaiban-keajaiban dunia ini aku tak mampu membahasakan kepadamu, indahnya tak terlukiskan, sabarlah anakku dalam penjara rahimku, sementara reguklah darah lewat pembuluh cintaku....
Kini, khabar dibalik tabir gelap itu nyata, nyata, nyata. Dengan mataku aku melihat dunia tujuh warna, dengan telingaku aku mendengar orkresta alam raya nan merdu, dengan hati aku bisa melewati galaksi demi galaksi. Dalam rahim aku dipandu hati Ibuku, begitu lahir aku menyaksikan realitas ini. Sekarang aku dikandung rahim dunia, apapun yang menggores tubuhku indah adanya, aku adalah saksi Cinta. Dunia pun punya hati, beliau adalah kekasih Ilahi, bagai ibuku saja, beliau mengabarkan cinta yang menanjak dan menantang. Beliau pernah menyatakan, cintaku kepadamu melebihi cinta orang tuamu kepadamu. Dalam rahim dunia aku terasa disayang oleh beliau, dan beliau serasa mengelus kepalaku mengabarkan tentang akhirat,--Nak, aku telah menyaksikan sendiri, tunggulah sebentar di penjara rahim dunia ini, ketika engkau lahir dari rahim dunia (orang bilang kematian), dibalik selubung keindahan dunia ini, disana engkau akan menuju ketakterhinggaan warna...
Kawan-kawan, kalau orang bilang itu fantasi yang memperdaya, aku abaikan, aku abaikan, aku abaikan, aku lebih memilih mereguk ludah suci Kanjeng Nabi ini, apapun yang disandarkan kepada beliau, aku percaya, aku percaya, aku percaya, bagai panggilan kekasih tercinta. Ketika cinta memanggilku, aku pasrah, aku pasrah, aku pasrah, walau memporak-porandakan pikiran-pikiranku, cinta memang banyak sayap-sayapnya, walau diantaranya terselib pedang yang melukaiku, aku pasrah. Aku terpesona oleh lidah suci ini, aku percaya khabar suci ini, dahagaku abadi, dahagaku abadi, dahagaku abadi....
Wahai, hati semesta yang bagai hati Ibu dalam kandunganku dulu, khabarmu aku tunggu setelah matang dalam kandungan rahim dunia ini, ayo kawan khabarkan kepadaku apa saja dari beliau....
Khobbiri, khabbiri, khabbiri.... ohh!!!!



catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel