DUNIA CINTA - karya K.H. Amin Budi Harjono


Sedulurku tercinta, pagi ini aku melihat berita adanya sampah yang menggunung setelah perayaan tahun baru, dan tentu barang-barang itu tadinya merupakan sesuatu yang sangat mempesona jiwa-jiwa, setelah merasakan isinya dibuanglah kulit atau wadahnya. Dalam sebuah taman kota tentu sudah tersedia bak sampah, namun karena kuantitas sampah yang sedemikian banyaknya maka orang membuangnya begitu saja, di mana mereka mau.

Aku lihat plastik-plastik pembungkus makanan,terompet-terompet yang hancur, bungkus mercon, sisa-sia makanan, bahkan ada kaos-kaos yang lusuh disapu bersih oleh petugas pembersih kota. Dengan adanya sampah ini terbayang olehku sebelumnya, dibalik bungkus-bungkus itu ada makanan yang mereka rasakan, dibalik terompet-terompet itu ada suara-suara menggesa menembus asa, dibalik sisa-sia makanan itu ada yang tak tertampung di perutnya, dibalik kaos-kaos lusuh itu ada pesona temporal yang membalutnya, dibalik semua yang terbuang itu ada kegembiraan yang dibawa pulang ke rumahnya, setelah lelah, setelah lunglai, setelah payah, setelah, setelah, setelah, setelah.

Bekas dari kegembiraan sesaat ini ternyata punya matarantai, dimana kelelahan ini dibaringkan, dimana melilitnya perut karena kekenyangan itu pada ujungnya akan dibuang, dimana semua kehendak nafsunya itu akan di letakkan. Ternyata ujung dari kegembiraan sesat ini tergiring pada pembaringan di tempat tidur, ternyata kekenyangan atas kehendak-kehendak itu berujung pada pencarian toilet-toilet, bahasa kasarnya kakus, bahasa "keren"nya WC itu. Pada saat yang sama aku melihat peristiwa ini, terbayang olehku saat itu Kanjeng Nabi SAW berdiri di dekat tempat sampah, lalu beliau bersabda: Mari kita lihat dunia! Kemudian beliau mengambil pakaian usang dan rusak di tempat sampah itu, berikut beberapa tulang yang hancur. Beliau bersabda: Inilah dunia, sebagai lambang bahwa perhiasan dunia akan rusak seperti pakaian ini, dan tubuh-tubuh yang engkau lihat akan hancur seperti tulang-tulang ini, sesungguhnya dunia adalah sesuatu yang manis dan hijau, dan Allah menciptakan kamu sebagai penguasanya, dan Dia selalu memicing bagaimana kamu memperlakukan dunia, sesungguhnya bangsa Bani Israil telah diberhasilkan urusan dunianya, dan mereka berhamburan gemerlap perhiasan, wanita, wangi-wangian dan pakaian.

Aku yakin, tukang pembersih sampah-sampah itu terpercik cahaya di hatinya sebagaimana sabda Kanjeng Nabi itu, mereka tidak merasakan pesona pestanya tetapi menetes dihatinya pesona cahaya yang menjadikan mereka tidak sekedar tukang sapu dan pembersih kota, tetapi pembersih kotoran yang berujung pada kesimpulan bahwa dunia bagai sampah itu, merekalah pembersihnya. Tukang sapu kalau demikian bisa dibaca bukan sekedar cinta dunia, tetapi menanjak merasakan dunia cinta yang sangat mendalam, semoga.

Kanjeng Nabi SAW juga mengisahkan ketika Nabi Adam as makan buah khuldi bersama Ibu Hawa, maka perutnya melilit-lilit ingin memuntahkan kotoran, dan tidak dijadikan makanan sesuatupun kecuali buah ini, maka dari itu keduanya dilarang untuk memakannya, maka Nabi Adam as kemudian bergerak mengitari surga, dan Allah mengutus malaikat untuk menanyainya. Dia berfirman: Katakan apa yang dia kehendaki? Nabi Adam as pun menjawab: Aku ingin membuang kotoran yang menusuk dalam perutku. Difirmankan kepada malaikat: Katakan padanya, dimana kamu ingin membuangnya? Di atas tempat tidurkah, tahta, sungai-sungai atau dibawah pepohonan? Apakan ada tempat di sini yang pantas untuk itu? Maka turun sajalah ke dunia....

Kawan-kawan, kini kita anak cucu Nabi Adam as berada di dunia, maka kisah di atas mengajarkan akan kesadaran bahwa dalam ranah Cinta kita tidak perlu putus asa, karena Cinta bisa mensucikan segala yang najis, maknanya mari yang material kita rokhaniahkan, yang benda kita transedenkan, yang duniawi kita ukhrawikan sesuai dengan panduan Cinta yang diamanatkan kepada kekasih-kekasihnya itu, pada kesimpulan yang baku Kanjeng Nabi saw menyatakan: Dunia adalah ladang Akhirat itu....

Alangkah indahnya--dalam pandanganku, tukang-tukang sapu itu, jazakumullah....


catatan :

     K.H. Amin Budi Harjono dilahirkan di Desa Baturagung Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan pada tanggal 17 Mei 1962 dengan nama Budi Harjono sebagai anak kedua dari enam bersaudara. Kedua orangtuanya – Bapak Sutikno dan Ibu Hj. Rukanah – hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah di desanya. Keluarga beliau merupakan keluarga yang sederhana yang hanya mengandalkan kehidupan dari hasil pertanian dan perdagangan.    Meskipun kedua orangtua Budi Harjono hanya lulusan madrasah ibtidaiyah dengan jumlah anak yang lumayan banyak serta ekonomi yang tergolong menengah ke bawah, masalah pendidikan anak-anak tetap menjadi prioritas utama di lingkungan keluarga. Bagi mereka (kedua orang tua Budi Harjono) tidak ada alasan untuk tidak memberikan yang terbaik bagi wawasan keilmuan anak-anak mereka. Hal itu dapat terlihat dari prestasi pendidikan yang diraih Budi Harjono dan saudara-saudara kandungnya. Dari keenam anak mereka, empat diantaranya berhasil meraih gelar sarjana dan hanya dua orang yang tidak mendapat gelar sarjana.1 Sejak kelas 2 Sekolah Dasar, Budi Harjono telah menjadi anak yatim karena ayahnya tercinta berpulang ke Rahmatullah. Semenjak itu pula Budi Harjono diasuh oleh kakeknya yang bernama Amin Dimyati2   Proses pendidikan Budi Harjono tidak berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia pada umumnya. Diawali dari mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Baturagung Gubug pada tahun 1970 dan lulus tahun 1976 kemudian Budi Harjono melanjutkan pendidikannya pada tahun itu juga di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Gubug dan lulus pada tahun 1980. Setelah lulus dari SMP Muhammadiyah, Budi Harjono melanjutkan jenjang pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Semarang dan lulus tahun 1983. Perjalanan pendidikan Budi Harjono berikutnya adalah di Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo yang dijalaninya sejak tahun 1983 hingga 1990. Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan. Selain menimba ilmu di sekolah-sekolah formal, Budi Harjono juga memperdalam pengetahuannya yang berkaitan dengan masalah keagamaan. Pendidikan berbasic agama tersebut diterimanya saat beliau belajar di Madrasah Diniyah (MD) dan Pondok Pesantren Sendangguwo. Menginjak remaja, ketika duduk di jenjang SMA, Budi Harjono mulai aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan keorganisasian. Dipercaya sebagai seksi bidang rohani Islam di lingkungan Organisasi Intra Siswa (OSIS) SMAN 2 Semarang, Budi Harjono memulai kreatifitas berfikirnya untuk kemajuan organisasi di samping tetap berkonsentrasi dalam pelajaran sekolah. Aktifitas keorganisasian tersebut berlanjut manakala beliau belajar di IAIN Walisongo-Semarang. Selama hampir 7 (tujuh) tahun mengenyam pendidikan tingkat tinggi, Budi Harjono tercatat aktif di lembaga-lembaga organisasi mahasiswa yang antara lain di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Teater Wadas, dan bahkan beliau juga sempat menjabat Sekretaris Senat pada masa kepemimpinan Athoillah Muslim. Hingga sekarang-pun Budi Harjono masih aktif berorganisasi, baik organisasi masyarakat – seperti aktif sebagai salah satu Ketua RW di lingkungan Meteseh, Tembalang, Semarang, Dewan Syuriah NU Kodia Semarang; organisasi sosial-pendidikan – beliau menjadi pendiri dan penasehat di 3 (tiga yayasan sosial-pendidikan); maupun organisasi politik – aktif di salah satu Partai Islam. Di samping memiliki segudang pengalaman organisasi, Budi Harjono juga memiliki prestasi yang tidak kalah banyaknya dengan aktifitas organisasinya. Sejak duduk di sekolah dasar Budi Harjono sudah menunjukkan bakatnya di bidang kesenian. Hal itu dibuktikan dengan meraih juara I (satu) lomba menyanyi tingkat sekolah dasar se-Kecamatan. Di tingkat SMA, beliau berhasil meraih juara I Pidato tingkat SMA  Beliau hidup bersama seorang isteri yang dinikahinya pada tahun 1989 dan telah dikaruniai 9 (sembilan) putra. Kesehariannya disibukkan dengan pengembangan dakwah melalui lembaga pendidikan, pengajian, serta kesenian.



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel